BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Validitas Instrumen
Validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil
belajar yang baik. Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah
memiliki validitas atau daya ketepatan pengukuran dapat dilakukan dari dua segi
yaitu dari segi tes itu sendiri dan dari sesi itemnya.
Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan
seberapa baik tes itu bisa diukur. Validitas sebuah tes memberi tahu tentang
apa yang bisa kita simpulkan dari skor-skor tes. Menilai validitas adalah
penting bagi peneliti karena sebagian besar instrumen yang digunakan dalam
penyelidikan pendidikan dan psikologi dirancang untuk mengukur konstruksi
hipotesis.
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen yang valid akan mempunyai
validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen (kuesioner) yang kurang valid
berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk menguji tingkat validitas,
biasanya peneliti mencobakan instrumen pada uji coba instrumen. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam menentukan banyaknya subyek uji coba antara lain:
- tersedianya subyek yang akan dijadikan sasaran;
- unit analisis yang diambil;
- kemampuan peneliti dalam hal waktu dan dana;
- tingkat kesulitan dalam pelaksanaan.
Jumlah subyek uji coba relatif, tidak ada aturan yang pasti,
hanya saja sekitar 25-40 merupakan suatu jumlah yang sudah memungkinkan
pelaksanaan dan analisisnya. Terdapat perbedaan pendapat mengenai dari mana
subyek uji coba tersebut diambil. Apabila memungkinkan sebaiknya subyek uji
coba diambil dari populasi yang nanti tidak akan dikenai penelitian. Namun jika
tidak memungkinkan bisa mengambil di luar populasi dengan syarat ciri-ciri
populasi yang diambil sebagai obyek uji coba sama atau hampir sama dengan
ciri-ciri populasi yang akan diteliti.
Karakter
pertama dan memiliki peranan sangat penting dalam instrument evaluasi adalah
valid. Suatu instrument dikatakan valid[1],
apabila instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur[2].
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Scarvia B. Anderson[3]
bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur[4].
Dalam bahasa Indonesia “Valid” disebut dengan istilah “Sahih”.
Validitas instrument suatu evaluasi, tidak lain adalah
derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur[5].
Validitas suatu instrument evaluasi mempunyai beberapa makna penting
diantaranya seperti berikut:
1. Validitas berhubungan dengan
ketepatan interpretasi hasil tes atau instrument evaluasi untuk group
individual dan bukan instrument itu sendiri.
2. Validitas diartikan sebagai derajat
yang menunjukkan kategori yang bisa mencakup kategori rendah, menengah dan
tinggi.
3. Prinsip suatu tes valid, tidak
universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti
adalah bahwa Ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja.
2.2. Macam-macam Validitas
2.2.1. Validitas
Test
2.2.1.1. Validitas Teoritik /Internal
Validitas teoritik/internal Artinya validitas dicapai
apabila terdapat kesesuaian antar bagian-bagian instrumen dengan instrumen
secara keseluruhan. Secara metodologis validitas internal suatu tes dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk,
validitas konkruen[6].
Macam-macam validitas tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
- Validitas isi
Validitas isi yaitu derajat dimana
sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk
mendapatkan validitas isi memerlukan dua spek penting, yaitu valid isi dan
valid teknik sampling.Valid isi mencakup khususnya, hal-hal yang berkaitan
dengan apakah item-item evaluasi menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang
ingin diukur. Sedangkan validitas teknik sampling pada umunya berkaitan dengan
bagaimanakah baiknya suatu sampel tes mempresentasikan total cakupan isi[7].
Sedangkan sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang
diberikan tertera dalam kurikulum maka validitas isi juga disebut validitas
kurikuler[8].
Secara umum langkah-langkah yang
dilakukan dalam pengujian validitas adalah sebagai berikut:
1.
Menghitung
korelasi setiap butir (item) dengan skor total (corrected item-total
correlation).
2.
Membandingkan
nilai korelasi dengan tabel r dengan tingkat signifikansi α dan derajat bebas
N-2.
3.
Pengambilan
keputusan
Jika r
hasil > r tabel, item tersebut valid
Jika r
hasil < r tabel atau r bernilai negatif, maka item tersebut tidak valid.
4.
Dalam
penerapan SPSS, butir-butir yang tidak valid dikeluarkan dari proses dan
pengujian diulang untuk butir-butir yang valid saja.
Apabila
dalam pengujian berikutnya masih ada butir yang belum valid
maka proses pengeluaran butir yang tidak valid dan pengulangan pengujian
harus terus dilakukan sampai semua butir valid. Semakin banyak
pengulangan maka item yang menyusut semakin banyak.
Hipotesis :
H0 = butir pertanyaan
berkorelasi positif dengan skor total
H1 = butir pertanyaan
tidak berkorelasi positif dengan skor total
- Validitas Konstruk
Validitas konstruk merupakan derajat
yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara[9].
Secara definitif, konstruk merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasi,
tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui salah satu atau dua indera kita[10].
Sedangkan sebuah tes dikatakan
memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes
tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti disebutkan dalam tujuan
instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek
berfikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berfikir yang menjadi tujuan
instruksional[11].
Validitas faktor/konstrak yaitu sebuah
instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila faktor-faktor yang
merupakan bagian dari instrumen tersebut tidak meyimpang dari fungsi instrumen.
Prosedur tes dipengaruhi oleh faktor tertentu yang disebut sebagai tes yang memiliki muatan faktor (factor loading) yang tinggi. Pernyataan dikatakan valid jika r hitung> r tabel dan probabilitasnya α = 0.05 Hipotesa yang digunakan dalam uji validitas adalah sebagai berikut:
Prosedur tes dipengaruhi oleh faktor tertentu yang disebut sebagai tes yang memiliki muatan faktor (factor loading) yang tinggi. Pernyataan dikatakan valid jika r hitung> r tabel dan probabilitasnya α = 0.05 Hipotesa yang digunakan dalam uji validitas adalah sebagai berikut:
Hipotesis
:
H0:
Pernyataan tidak mengukur aspek yang sama
H1:
Pernyataan mengukur aspek yang sama
Langkah-langkah pengujian validitas
konstruk[12] adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan secara operasional
konsep yang akan diukur.
2. Mencari definisi dan rumusan tentang
konsep yang akan diukur dari literarur yang ditulis para ahli.
3. Kalau di dalam literatur tidak dapat
diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, maka tugas penelitilah
untuk membuat definisi dan rumusan konsep tersebut.
4. Menanyakan langsung kepada calon
responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur.
5. Melakukan uji coba pengukur tersebut
pada sejumlah responden.
6. Menghitung korelasi antara
masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi
product moment.
Pernyataan atau pertanyaan dikatakan valid jika r hitung >r tabel dan probabilitasnya α = 0.05.
Pernyataan atau pertanyaan dikatakan valid jika r hitung >r tabel dan probabilitasnya α = 0.05.
Penentuan kategori dari validitas
instrument yang mengacu pada pengklasifikasian validitas[13]
adalah
sebagai berikut:
0,80 - 1,00: validitas sangat tinggi
(sangat baik)
0,40 - 0,60: validitas sedang
(cukup)
0,20 - 0,40: validitas rendah
(kurang)
0,00 - 0,20: validitas sangat rendah
(jelek) rxy 0,00 tidak valid
- Validitas Konkruen
Validitas konkruen adalah derajat
dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat. Tes
dengan validitas konkruen biasanya diadministrasi dalam waktu yang sama atau
dengan kriteria valid yang sudah ada. Sering kali juga terjadi bahwa tes dibuat
atau dikembangkan untuk pekerjaan yang sama seperti beberapa tes lainnya,
tetapi dengan cara yang lebih mudah dan lebih cepat. Validitas konkruen
ditentukan dengan membangun analisis hubungan dan perbedaan[14].
[1]
seperti yang diterangkan oleh Gay (1983) dan Johnson &
Johnson (2002)
[2]
(Sukardi, 2008)
[4]
“A test is valid if it measures what is purpose to
measure”
[6]
Menurut Sukardi (2008) dikutip binham.wordpress.com
[9]
Hyptotetical construct
[10]
(Sukardi, 2008)
[12]
(menurut Suharsimi, dalam buku Husein Umar)
Mau Makalah lebih lengkapnya (latar belakang, kesimpulan, isi) Download disini !
Link erorr
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteuntuk password bisa dilihat di facebook
ReplyDeletehttp://www.facebook.com/BoboruMatematikaCUniversitasWiralodraIndramayu
NAMA FACEBOOK APA YA....
ReplyDelete