5/17/2013

Makalah Validitas Instrumen Evaluasi pada Pembelajaran Matematika


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Validitas Instrumen
Validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik. Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau daya ketepatan pengukuran dapat dilakukan dari dua segi yaitu dari segi tes itu sendiri dan dari sesi itemnya.
Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa diukur. Validitas sebuah tes memberi tahu tentang apa yang bisa kita simpulkan dari skor-skor tes. Menilai validitas adalah penting bagi peneliti karena sebagian besar instrumen yang digunakan dalam penyelidikan pendidikan dan psikologi dirancang untuk mengukur konstruksi hipotesis.
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen (kuesioner) yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk menguji tingkat validitas, biasanya peneliti mencobakan instrumen pada uji coba instrumen. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan banyaknya subyek uji coba antara lain:
  1. tersedianya subyek yang akan dijadikan sasaran;
  2. unit analisis yang diambil;
  3. kemampuan peneliti dalam hal waktu dan dana;
  4. tingkat kesulitan dalam pelaksanaan.
Jumlah subyek uji coba relatif, tidak ada aturan yang pasti, hanya saja sekitar 25-40 merupakan suatu jumlah yang sudah memungkinkan pelaksanaan dan analisisnya. Terdapat perbedaan pendapat mengenai dari mana subyek uji coba tersebut diambil. Apabila memungkinkan sebaiknya subyek uji coba diambil dari populasi yang nanti tidak akan dikenai penelitian. Namun jika tidak memungkinkan bisa mengambil di luar populasi dengan syarat ciri-ciri populasi yang diambil sebagai obyek uji coba sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasi yang akan diteliti.
Karakter pertama dan memiliki peranan sangat penting  dalam instrument evaluasi adalah valid. Suatu instrument dikatakan valid[1], apabila instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur[2].
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Scarvia B. Anderson[3] bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur[4]. Dalam bahasa Indonesia “Valid” disebut dengan istilah “Sahih”.
Validitas instrument suatu evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur[5]. Validitas suatu instrument evaluasi mempunyai beberapa makna penting diantaranya seperti berikut:
1.    Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrument evaluasi untuk group individual dan bukan instrument itu sendiri.
2.    Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bisa mencakup kategori rendah, menengah dan tinggi.
3.    Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa Ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja.
2.2. Macam-macam Validitas
2.2.1. Validitas Test
2.2.1.1. Validitas Teoritik /Internal
Validitas teoritik/internal Artinya validitas dicapai apabila terdapat kesesuaian antar bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Secara metodologis validitas internal suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas konkruen[6]. Macam-macam validitas tersebut akan diuraikan sebagai berikut :


  1. Validitas isi
Validitas isi yaitu derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua spek penting, yaitu valid isi dan valid teknik sampling.Valid isi mencakup khususnya, hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-item evaluasi menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur. Sedangkan validitas teknik sampling pada umunya berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel tes mempresentasikan total cakupan isi[7].
Sedangkan sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diberikan tertera dalam kurikulum maka validitas isi juga disebut validitas kurikuler[8].
Secara umum langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian validitas adalah sebagai berikut:
1.      Menghitung korelasi setiap butir (item) dengan skor total (corrected item-total correlation).
2.      Membandingkan nilai korelasi dengan tabel r dengan tingkat signifikansi α dan derajat bebas N-2.
3.      Pengambilan keputusan
Jika r hasil > r tabel, item tersebut valid
Jika r hasil < r tabel atau r bernilai negatif, maka item tersebut tidak valid.
4.      Dalam penerapan SPSS, butir-butir yang tidak valid dikeluarkan dari proses dan pengujian     diulang untuk butir-butir yang valid saja. 
Apabila dalam pengujian berikutnya masih ada butir     yang belum valid maka proses pengeluaran butir yang tidak valid dan pengulangan pengujian     harus terus dilakukan sampai semua butir valid. Semakin banyak pengulangan maka item yang     menyusut semakin banyak.

Hipotesis :
H0 = butir pertanyaan berkorelasi positif dengan skor total
H1 = butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan skor total
  1. Validitas Konstruk
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara[9]. Secara definitif, konstruk merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui salah satu atau dua indera kita[10].
Sedangkan sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti disebutkan dalam tujuan instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berfikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berfikir yang menjadi tujuan instruksional[11].
Validitas faktor/konstrak yaitu sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila faktor-faktor yang merupakan bagian dari instrumen tersebut tidak meyimpang dari fungsi instrumen.
Prosedur  tes dipengaruhi oleh faktor tertentu yang disebut sebagai tes yang memiliki muatan faktor (factor loading) yang tinggi. Pernyataan dikatakan valid jika r hitung&gt; r tabel dan probabilitasnya α = 0.05 Hipotesa yang digunakan dalam uji validitas adalah sebagai berikut:
Hipotesis :
H0: Pernyataan tidak mengukur aspek yang sama
H1: Pernyataan mengukur aspek yang sama
Langkah-langkah pengujian validitas konstruk[12]  adalah sebagai berikut:
1.    Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2.    Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur dari literarur yang ditulis para ahli.
3.    Kalau di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, maka tugas penelitilah untuk membuat definisi dan rumusan konsep tersebut.
4.    Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur.
5.    Melakukan uji coba pengukur tersebut pada sejumlah responden.
6.    Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment.
Pernyataan atau pertanyaan dikatakan valid jika r hitung &gt;r tabel dan probabilitasnya α = 0.05.
Penentuan kategori dari validitas instrument yang mengacu pada pengklasifikasian validitas[13]  adalah sebagai berikut:
0,80 - 1,00: validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,60 - 0,80: validitas tinggi (baik)
0,40 - 0,60: validitas sedang (cukup)
0,20 - 0,40: validitas rendah (kurang)
0,00 - 0,20: validitas sangat rendah (jelek) rxy 0,00 tidak valid
  1. Validitas Konkruen
Validitas konkruen adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat. Tes dengan validitas konkruen biasanya diadministrasi dalam waktu yang sama atau dengan kriteria valid yang sudah ada. Sering kali juga terjadi bahwa tes dibuat atau dikembangkan untuk pekerjaan yang sama seperti beberapa tes lainnya, tetapi dengan cara yang lebih mudah dan lebih cepat. Validitas konkruen ditentukan dengan membangun analisis hubungan dan perbedaan[14].


[1] seperti yang diterangkan oleh Gay (1983) dan Johnson & Johnson (2002)
[2] (Sukardi, 2008)
[3] (dalam Arikunto, 1997) dikutip nasrulsetiawan.blogspot.com
[4] A test is valid if it measures what is purpose to measure
[5] Menurut Sukardi (2008: 31) dikutip nasrulsetiawan.blogspot.com
[6] Menurut Sukardi (2008) dikutip binham.wordpress.com
[7] (Sukardi, 2008) dikutip binham.wordpress.com
[8] Arikunto (1997: 64) dikutip binham.wordpress.com
[9] Hyptotetical construct
[10] (Sukardi, 2008)
[11] Arikunto(1997: 64) binham.wordpress.com
[12] (menurut Suharsimi, dalam buku Husein Umar)
[13] dikemukakan oleh Guilford (1956,hal.145) dikutip nasrulsetiawan.blogspot.com
[14] (Sukardi, 2008) binham.wordpress.com

Mau Makalah lebih lengkapnya (latar belakang, kesimpulan, isi) Download disini !
Link erorr

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. untuk password bisa dilihat di facebook
    http://www.facebook.com/BoboruMatematikaCUniversitasWiralodraIndramayu

    ReplyDelete