PEMBAHASAN
A. Pengertaian Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistik
Pengertian pendekatan realistik
menurut Sofyan, (2007: 28) “sebuah pendekatan pendidikan yang berusaha
menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri”.
Menurut Sudarman Benu, (2000: 405)
“pendekatan realistik adalah pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia
nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam belajar matematika”.
Matematika Realistik yang telah
diterapkan dan dikembangkan di Belanda teorinya mengacu pada matematika harus
dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia. Dalam
pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi informasi siswa
berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi- situsi biasa yang
telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran
pendekatan realistik atau Realistic Mathematic Education (RME) juga diberi
pengertian “cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyelediki dan memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi
yang nyata”. (Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran
bermakna bagi siswa.
Realistic Mathematics
Education adalah pendekatan pengajaran yang bertitik
tolak dari hal-hal yang ‘real‘ bagi siswa, menekankan keterampilan ‘procces of
doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan
teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (‘student inventing‘
sebagai kebalikan dari‘teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan
matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun
kelompok.
Pembelajaran Matematika Realistik adalah
pembelajaran dalam matematika berdasarkan pada Realistic Mathematics Education
(RME), yang pertama kali dikembangkan di negeri Belanda pada tahun 70-an oleh
Freundenthal. Ia mengatakan bahwa RME merupakan pembelajaran matematika bisa
bermakna bila dikaitkan dengan kenyataan (realita) dalam kehidupan di
masyarakat yang di alami siswa. Selain sebagai suatu proses aktivitas, tidak
hanya sebagai suatu produk yang dijadikan bahan ajar. Sementara ini guru
memandang matematika hanya sebagai hasil buah pikir manusia pendahulu, kemudian
diajarkan kembali kepada manusia lain generasi berikutnya untuk dipelajari dan
dimanfaatkan. Guru melaksanakan pengajaran matematika hanya sebagai produk dan
bukan matematika sebagai proses.
Freundenthal mengemukakan bahwa pembelajaran
matematika seyogyanya dilakukan dengan sistem guided reinvention yaitu kegiatan
yang mendorong siswa untuk belajar menemukan konsep atau aturan atau dengan
memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk mencoba proses
matematisasi (proses of mathematization), tidak hanya diberitahukan. Proses
matematisasi selanjutnya menurut Treffers (2000) ada dua tipe, yaitu horizontal
dan vertikal.
Pada tahap horizontal siswa akan sampai pada tahap
mathematical tools,seperti fakta, konsep, prinsip, algoritma, dan aturan yang
dapat berguna untuk menyelesaikan persoalan matematik.
Pada tahap vertikal adalah proses reorganisasi
matematik, misalnya menemukan keterkaitan antara beberapa konsep dan menerapkannya
dalam pemecahan masalah.
Tahap matematisasi horizontal adalah proses dari
dunia empirik menuju dunia rasio, sedangkan matematisasi vertikal adalah proses
transformasi pada dunia rasio dalam pengembangan matematika secara abstrak.
B. Tujuan Pembelajaran
Matematika Realistik sebagai berikut:
a. Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak.
a. Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak.
b. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
c. Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
d. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang baku.
e. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
(kuiper&kouver,1993).
d. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang baku.
e. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
(kuiper&kouver,1993).
C.
Macam-macam pendekatan matematika :
a.
Mechanistic
Manusia seperti computer, sehingga dapat diprogam dengan cara drill untuk mengerjakan hitungan atau alogaritma tertentu dan menampilkan aljabar pada level yang paling sederhana atau bahkan mungkin dalam penyelesaian geometri serta berbagai masalah, membedakan dengan mengenali pola-pola dan proses yang berulang-ulang.
Manusia seperti computer, sehingga dapat diprogam dengan cara drill untuk mengerjakan hitungan atau alogaritma tertentu dan menampilkan aljabar pada level yang paling sederhana atau bahkan mungkin dalam penyelesaian geometri serta berbagai masalah, membedakan dengan mengenali pola-pola dan proses yang berulang-ulang.
b.
Structuralistic
Manusia dengan kemuliaannya, belajar dengan pandangan dan pengertian dalam berbagai rational, ia dianggap sanggup menampilkan deduksi-deduksi yang lebih efisien dengan cara menggunakan subjek materi sistematik terstruktur secara baik.
Manusia dengan kemuliaannya, belajar dengan pandangan dan pengertian dalam berbagai rational, ia dianggap sanggup menampilkan deduksi-deduksi yang lebih efisien dengan cara menggunakan subjek materi sistematik terstruktur secara baik.
c.
Empiristic
Dunia adalah kenyataan. Kepada siswa disediakan berbagai material yang sesuai dengan dunia kehidupan para siswa. Mereka memperoleh kesempatan mendapatkan pengalaman yang berguna tapi mereka tidak dengan segera mensistemasikan dan merasionalkan pengalaman.
Dunia adalah kenyataan. Kepada siswa disediakan berbagai material yang sesuai dengan dunia kehidupan para siswa. Mereka memperoleh kesempatan mendapatkan pengalaman yang berguna tapi mereka tidak dengan segera mensistemasikan dan merasionalkan pengalaman.
d.
Realistic
Siswa diberikan tugas-tugas yang mendekati kenyataan yaitu yang dari dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya.
Siswa diberikan tugas-tugas yang mendekati kenyataan yaitu yang dari dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya.
D. Prinsip Pembelajaran
Matematika Realistik
Ada tiga prinsip utama dalam PMR, yaitu
akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1.
Guided reinvention /progressive
mathematizing (penemuan kembali terbimbing /pematematikaan progresif).
Prinsip
ini menghendaki bahwa dalam PMR, dari masalah kontekstual yang diberikan oleh
guru di awal pembelajaran, kemudian dalam menyelesaikan masalah siswa diarahkan
dan diberi bimbingan terbatas, sehingga siswa mengalami proses menemukan
kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika sebagaimana
ketika konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika itu ditemukan.
Sebagai sumber inspirasi untuk merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR
yang menekankan prinsip penemuan kembali (re-invention), dapat digunakan
sejarah penemuan konsep/prinsip/rumus matematika. Menurut penulis, prinsip penemuan ini mengacu pada pandangan
kontruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer atau
diajarkan melalui pemberitahuan dari guru kepada siswa, melainkan siswa
sendirilah yang harus mengkontruksi (membangun) sendiri pengetahuan itu melalui
kegiatan aktif dalam belajar.
Mau Makalah lebih lengkapnya (latar belakang, kesimpulan, isi) Download disini !
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete