5/23/2013

Makalah Realibilitas


BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia yang digunakan saat ini, sebenarnya diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris dan berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya,keajegan, konsisten, keandalan, kestabilan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan tidak bertentangan.
Menurut Sugiono (2005) Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Sedangkan Sukadji (2000) mengatakan bahwa reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi.
Menurut Nursalam (2003) Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali–kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama–sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan.
Menurut Arifin (1991), suatu tes dapat dikatakan andal (reliable) jika tes tersebut mempunyai hasil yang taat asas (konsisten). Sedangkan Sudjana (2004) mengatakan bahwa reliabilitas suatu tes adalah ketepatan atau kejegan tes tersebut dalam menilai apa adanya, artinya kapan pun tes tersebut digunakanakan memberikan hasil yang sama atau relatif sama.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang reliabilitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa reliabilitas adalah suatu pengukuran terhadap suatu tes yang melihat apakah tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur.
Contohnya, suatu mistar terbuat dari kayu dipakai untuk mengukur panjang sebuah pensil, dilihat dari skalanya menunjukkan angka 30 cm. Mistar tersebut digunakan oleh orang lain untuk mengukur pensil yang sama dan hasilnya tetap, yaitu 30 cm. Begitu pula jika pengukuran itu dilakukan pada waktu dan tempat yang berlainan, hasilnya tetap sama. Untuk kondisi tersebut, dikatakan bahwa mistar tersebut sebagai alat ukur yang reliabel. Tetapi jika mistar yang di gunakan berasal dari karet, hasil pengukurannya tidak akan sama, tergantung dari kekuatan merenggangkan karet tersebut. Untuk hal kedua ini dikatakan bahwa mistar tersebut tidak reliabel, sehingga kita tidak mempercayai hasil pengukurannya.
Dari contoh di atas, reliabilitas suatu alat akur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama. Hasil pengukuran tersebut harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, di waktu dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kodisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat akur yang reliabel.
Berkenaan dengan evaluasi, suatu alat evaluasi (tes dan non tes) disebut reliabel jika jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan pada objek yang sama. Istilah “relatif tetap” yang di maksud di sini tidak tetap sama, tetapi mengalami perubahan yang tidak signifikan dan bisa dabaikan. Perubahan hasil evaluasi ini di sebabkan adanya unsur pengalaman dan kondisi lainnya dari peserta tes.
Jika suatu alat tes matematika diberikan kepada sekelompok siswa, hasil tes untuk setiap peserta tersebut relatif tetap (jika tidak ada perubahan yang mencolok) sehingga rata-rata hitung (mean) tidak berbeda signifikan, maka alat tes tersebut bisa dikatakan reliabel. Tetapi jika terjadi banyak siswa yang pada mulanya mendapat skor tinggi, pada tes berikutnya  (dengan alat yang sama) mendapat skor rendah atau sebaliknya,maka dikatakan alat kur tersebut tidak reliabel. Meskipun rata-ratanya tidak berbeda. Kemungkinan lain hasil dari suatu alat evaluasi tidak reliabel, jika pada tes pertama rata-ratanya baik, dan pada tes berikutnya kebanyakan jelek, atau sebaliknya, sehingga terjadi perubahan nilai rerata yang signifikan.
Dari contoh di atas, kita tidak pernah atau hampir tidak pernah mendapatkan alat evaluasi matematika yang memiliki reabilitas sempurna, yaitu hasil evaluasi yang memberikan hasil tetap sama,. Skor yang diperoleh seorang secara berulang dengan hasil evaluasi itu selalu terdapat kekeliruan. Jika skor aktual yang diperoleh dinotasikan dengan , skor yang sebenarnya dinotasikan dengan , dan untuk galatnya dinotasikan dengan , maka diperoleh hubungan
     
Mau Makalah lebih lengkapnya (latar belakang, kesimpulan, isi) Download disini !

No comments:

Post a Comment