PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Reliabilitas
Kata
reliabilitas dalam bahasa Indonesia yang digunakan saat ini, sebenarnya diambil
dari kata reliability dalam bahasa Inggris dan berasal dari kata reliable
yang artinya dapat dipercaya,keajegan, konsisten, keandalan, kestabilan. Suatu
tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut menunjukkan hasil yang dapat
dipercaya dan tidak bertentangan.
Menurut
Sugiono (2005) Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat
ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur
itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan
(konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk
menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada
situasi yang berbeda-beda. Sedangkan Sukadji (2000) mengatakan bahwa
reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara
konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka,
biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi.
Menurut
Nursalam (2003) Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan
bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali–kali dalam
waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama–sama memegang
peranan penting dalam waktu yang bersamaan.
Menurut
Arifin (1991), suatu tes dapat dikatakan andal (reliable) jika tes
tersebut mempunyai hasil yang taat asas (konsisten). Sedangkan Sudjana (2004)
mengatakan bahwa reliabilitas suatu tes adalah ketepatan atau kejegan tes
tersebut dalam menilai apa adanya, artinya kapan pun tes tersebut digunakanakan
memberikan hasil yang sama atau relatif sama.
Berdasarkan
beberapa pendapat tentang reliabilitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa reliabilitas adalah suatu pengukuran terhadap suatu tes yang melihat
apakah tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur.
Contohnya, suatu
mistar terbuat dari kayu dipakai untuk mengukur panjang sebuah pensil, dilihat
dari skalanya menunjukkan angka 30 cm. Mistar tersebut digunakan oleh orang
lain untuk mengukur pensil yang sama dan hasilnya tetap, yaitu 30 cm. Begitu
pula jika pengukuran itu dilakukan pada waktu dan tempat yang berlainan,
hasilnya tetap sama. Untuk kondisi tersebut, dikatakan bahwa mistar tersebut
sebagai alat ukur yang reliabel. Tetapi jika mistar yang di gunakan berasal
dari karet, hasil pengukurannya tidak akan sama, tergantung dari kekuatan
merenggangkan karet tersebut. Untuk hal kedua ini dikatakan bahwa mistar
tersebut tidak reliabel, sehingga kita tidak mempercayai hasil pengukurannya.
Dari contoh di
atas, reliabilitas suatu alat akur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu
alat yang memberikan hasil yang tetap sama. Hasil pengukuran tersebut harus tetap
sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun
dilakukan oleh orang yang berbeda, di waktu dan tempat yang berbeda pula. Tidak
terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kodisi. Alat ukur yang reliabilitasnya
tinggi disebut alat akur yang reliabel.
Berkenaan dengan
evaluasi, suatu alat evaluasi (tes dan non tes) disebut reliabel jika jika
hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan pada objek yang sama.
Istilah “relatif tetap” yang di maksud di sini tidak tetap sama, tetapi
mengalami perubahan yang tidak signifikan dan bisa dabaikan. Perubahan hasil
evaluasi ini di sebabkan adanya unsur pengalaman dan kondisi lainnya dari
peserta tes.
Jika suatu alat
tes matematika diberikan kepada sekelompok siswa, hasil tes untuk setiap
peserta tersebut relatif tetap (jika tidak ada perubahan yang mencolok)
sehingga rata-rata hitung (mean) tidak berbeda signifikan, maka alat tes
tersebut bisa dikatakan reliabel. Tetapi jika terjadi banyak siswa yang pada
mulanya mendapat skor tinggi, pada tes berikutnya (dengan alat yang sama) mendapat skor rendah
atau sebaliknya,maka dikatakan alat kur tersebut tidak reliabel. Meskipun
rata-ratanya tidak berbeda. Kemungkinan lain hasil dari suatu alat evaluasi tidak
reliabel, jika pada tes pertama rata-ratanya baik, dan pada tes berikutnya
kebanyakan jelek, atau sebaliknya, sehingga terjadi perubahan nilai rerata yang
signifikan.
Dari contoh di
atas, kita tidak pernah atau hampir tidak pernah mendapatkan alat evaluasi
matematika yang memiliki reabilitas sempurna, yaitu hasil evaluasi yang
memberikan hasil tetap sama,. Skor yang diperoleh seorang secara berulang
dengan hasil evaluasi itu selalu terdapat kekeliruan. Jika skor aktual yang
diperoleh dinotasikan dengan
,
skor yang sebenarnya dinotasikan dengan
,
dan untuk galatnya dinotasikan dengan
,
maka diperoleh hubungan
Mau Makalah lebih lengkapnya (latar belakang, kesimpulan, isi) Download disini !
No comments:
Post a Comment